Datangnya Dua NUR (Cahaya) Sebagai Penolong


Kenapa masalah datang bertubi-tubi?, karna kita belum mengenal Allah Swt.
Bagaimana cara kita mengenal Allah Swt?. Yakni dengan kita mengenal Rasulullah SAW.
Bagaimana kita mengenal Rasulullah Muhammad? Dengan memperbanyak sholawat.
Bagaimana kita mengerti sholawat? Yakni dengan kita belajar.
Kepada siapa kita belajar?, kepada Alim yang Ulama.

Insyaallah dengan memperbanyak sholawat segala macam permasalahan kegundah gulanahan hati, ghomam-ghomam yang ada pada diri kita akan memudar dan hilang berganti dengan datangnya dua (Dwi)  Nur (cahaya) yang datang kepadamu (ataka) menjadi garda depan disetiap langkah. 

 اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ


"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (Qs. An-Nur: 35)

Beruntunglah bagi siapa yang menyandang dua cahaya tersebut sebagai penolong baginya. Yakni Nur Ilahi (cahaya Ilahi) dan Nur Muhammad (cahaya Muhammad).
Nur Ilahi adalah pancaran atau cahaya Allah Swt yang terpancar kepada sekalian makhluk di alam semesta ini. sebagaimana Allah firmankan dalam  surah an-Nur ayat 35 diatas. Sementara Nur Muhammad adalah bentuk Rahman dan RahimNya Allah Swt kepada sekalian makhluk dengan terciptanya Muhammad SAW. sebagai pembawa rahmat bagi sekalian Alam. Dalam Ilmu tasawuf Nur Muhammad sering dihubungkan dengan al-insan al-Kamiil (manusia sempurna). Nur Muhammad pada hakikatnya adalah cahaya atau ruh, jiwa-jiwa yang terpuji, jiwa-jiwa yang termulia yang ada pada diri tiap-tiap manusia, sebagaimana ada pada diri Rasul-rasul Allah, nabi-nabi Allah dan para wali Allah SWT.
 قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ
"...Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah SWT. dan kitab yang menerangkan". (Qs. Al-Maidah: 15)

Dua cahaya inilah yang kelak akan membawa seorang hamba kepada ma'rifatullah melalui dua jalan pula sebagaimana syekh Abu Said al-Kharraz mengatakan dalam kitab al-Luma', bahwa : pertama ma'rifat datang melalui anugerah yang Allah berikan langsung kepda hambaNya, dan yang kedua melalui usaha-usaha yang dilakukan oleh seorang hamba.

Maka dengan dua cahaya inilah seseorang akan menjadi arif (bijaksana), yakni orang-orang yang tidak terkotori oleh apapun, dan segala sesuatu yang didekati dan mendekatinya akan menjadi jernih. hal ini pula pernah di ungkapkan oleh tokoh sufi terkemuka Syekh Abu Turab an-Nakhsyabi dalam al-Luma'.

marilah kita perbanyak sholawat kepada rasulullah Muhammad SAW. serta memperbanyak Dzikir kepada Allah SWT.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ

“Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad, hamba-Mu dan Rasul-Mu, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada keluarga Ibrahim dan berilah karunia kepada Muhammad, hamba-Mu dan Rasul-Mu dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.” (HR. Bukhari Nasa’i, Thahawi, Ahmad, Ismail al-Qadhi dalam kitab Fadhlush Shalah ‘alan Nabiyyi, hal. 28.)

Oleh: A. Faiz Yunus, S.Sy., M.Si
Alumni Pascasarjana Universitas Indonesia

Comments

Popular posts from this blog

Pencetus Istilah Radiasi Benda Hitam 1862

Teori Atom Modern

Penemu Samudra Atlantik