Sisi Abstraksi Manusia
Dokumen Pribadi A. Faiz Yunus
Manusia merupakan makhluk Allah subhanahu wa ta’ala yang diciptakan dengan sangat sempurna dengan keunggulan-keunggulan supranaturalnya yang penuh misteri.
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٣٠
Artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS. Al-Baqarah: 30).
Ayat diatas membuktikah, bahwa betapa dashyatnya penciptaan manusia sehingga para malaikat jin dan makhluk-makhluk Allah subhanahu wa ta’ala yang lain protes atas penciptanya.
Manusia merupakan khalifatullah yang kelak menjadi penyeimbang dari seluruh penciptaan alam semesta ini. Kenapa dikatakan penyeimbang? kata “khalifah” mempunyai makna yang sangat beragam tetapi mempunyai maksud serta tujuan terhadap satu titik yaitu Allah. Khalifah berarti “pengganti” dimana pada ayat tersebut Allah menyebutkan dengan kata lain menisbatkan laqab (julukan) kepada makhluk yang bernama manusia ini. Kekhususan ini diberikan kepada manusia tidak kepada makhluk selain manusia.
Kalau kita kaji lebih dalam lagi melalui pendekatan tasawwuf, maka akan menemukan titik temu antara sang Khalik dan makhluk. Allah menceritakan perihal anugrah-Nya kepada Bani Adam, yaitu sebagai makhluk yang paling mulia diantara makhluk lainnya. Manusia adalah makhluk paling bebas yang diberikan karunia oleh Allah dengan sifat Iradah-nya tanpa ada pengecualian. Pada hakikatnya manusia adalah sumber dari ke-ghaib-an itu sendiri, hanya Allah yang mengetahui apa yang tidak diketahui oleh makhluk lain selain manusia bahkan oleh manusia itu sendiri.
Sedikit penulis paparkan, bahwasanya pada saat Allah menciptakan Adam dan akan menjadikannya (adam) khalifah dimuka bumi, maka para malaikat dan mkhluk lain, yang pada saat itu iblis sebagai panglima para malaikat dan jin sebagai musuh (perusak) pada saat itu protes atau bertanya pada Allah “ada apa gerangan (Ya Allah) hendak menjadikan makhluk dimuka bumi lagi, padahal mereka hanya perusak dan akan mmenyebabkan pertumpahan darah lagi tidak pernah mensyukuri nikmatmu?” maka Allah menjawab “sesungguhnya Aku (Allah) lebih mengetahui daripada kalian”. Dalam tafsir Ibnu Katsir berhubungan dengan surah al-Baqarah ayat 30, menjelaskan dimuka bumi ribuan tahun sebelum Adam di ciptakan Allah sudah menciptakan penduduk dimuka bumi yaitu dari golongan jin, akan tetapi mereka semua kufur sehingga Allah memerintahkan para malaikat dan iblis sebagai panglima para malaikat pada saat itu memerangi golongan jin sehingga mereka terusir ke gunung-gunung, lautan dan lain sebagainya yang kemudian alasan itulah yang dijadikan kajian empirik malaikat bertanya pada Allah saat itu. Maka Allah membuktikan bagaimana kehebatan dan keunggulan makhluk satu ini (adam/manusia) dihadapan para malaikat dan makhluk-makhluk lain. Kemudian turunlah surah al-Baqarah ayat 30 ini.
قَالَ يَٰٓـَٔادَمُ أَنۢبِئۡهُم بِأَسۡمَآئِهِمۡۖ فَلَمَّآ أَنۢبَأَهُم بِأَسۡمَآئِهِمۡ قَالَ أَلَمۡ أَقُل لَّكُمۡ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ غَيۡبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَأَعۡلَمُ مَا تُبۡدُونَ وَمَا كُنتُمۡ تَكۡتُمُونَ ٣٣
Artinya:
“Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” (QS. Al-Baqarah: 33)
Bukti inilah yang kemudian mereka (makhluk selain manusia) sujud atas perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pada saat itu hanya iblislah yang tidak mau bersujud kepada Adam (atas perintah Allah). Hal ini ada dua penafsiran tentang sikap iblis itu, yang pertama, adalah ia (iblis) tidak patuh dan angkuh atas dirinya terhadap adam (manusia). Kemuadian yang kedua, yakni inilah bentuk ketauhidan iblis yang tidak mau menyembah dan sujud kecuali kepada Allah yang menciptakannya.
Comments
Post a Comment