Kajian Islam Kontemporer
Tulisan Ini saya rangkum dari beberapa buku bacaan serta beberapa keterangan dosen di Pacasarjana UI Kajian Timur Tengah dan islam
Isu-isu kontemporer, yakni faktual yang sedang terjadi pada zaman ini dalam dunia Islam khususnya Islam wilayah Timur tengah. Gejolak islam yang sedang gencar mencari sebuah isu yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan kemunduran islam itu sendiri. Diantara beberapa isu yang akan diangkat dalam matakuliah ini secara garis besar dapat di Tarik dua kesimpulan, yaitu;
- Bersifat History, dan
- Bersifat Story
Adapun story merupakan kajian yang bersifat edukatif dan actual pada masa lampau atau sedang terjadi akan tetapi belum diketahui kebenarannya secara empirik. Sementara history merupakan kajian yang bersifat edukatif, factual dan sudah melalui pembuktian secara empiric yang kemuadian diangkat ke publik.
Pengertian-pengetian yang dapat menarik terhadap pengertian dan fakta yang sebenarnya dapat di telusuri dari ilmu pengetahuan yang bersifat empiric.
Ilmu merupakan sebuah alat yang dipakai untuk menemukan fakta yang kemudian diteliti kembali melalui kajian secara empirik. Ilmu dapat dibagi dalam berbagai bidang diantaranya;
- Adab- Bahasa- Budaya
- Ushuluddin- Pemikiran- Filsafat- Fakta
- Syariah- Hukum- Norma- Fakta
- Dakwah- Komunikasi- Fakta sosial
- Tarbiyah
- Dll,
Ilmu apabila dikaji dengan metodelogi empirik akan menghasilkan fakta, sementara pemikiran mempunyai kecenderungan yang tidak akan pernah ada ujungnya selama masih ada yang difikirkan. Oleh karenanya, ilmu merupakan alat untuk memahami fakta dengan melakukan verifikasi yang kemudian menemukan sebuah argumentasi.
Kebudayaan merupakan kebiasaan yang timbul dari pola pikir dan tingkah laku dari sekelompok individu yang kemudian dijadikan sebuah keharusan yang harus dipatuhi. Yang mana hal ini tidak mempunyai fakta empirik akan tetapi merupakan pola-pola yang diatur untuk bertindak dan perkelakuan. Oleh karenanya kebudayaan marupakan sebuah panduan.
Isu-isu kontemporer yang kemudian menjadi sebuah wacana terhadap kajian islam tentang bagaimana dan kemana islam ini akan dibawa.
Tradisi emperik merupakan fakta utama yang menyebabkan kerancuan serta kepunahan suatu budaya tersebut apabila diabaikan atau tidak dipertahankan dan dikembangkan sesuain dengan keadaan zaman pada saat itu.
Tradisi yang berkembang di timur tengah berawal dari tradisi Semit yang dibawa oleh kaum Syam (Putra Nuh). Tradisi ini merupakan kebudayaan turun menurun yang dibawa keluarga syam kemudian berkembang di semenanjung arab. Dari keluarga syamlah banyak melahirkan nabi dan rasul yang menjadi perantara atau wasilah terhadap perkembangan kebudayaan semit dengan menjadikan wahyu sebagai asal dan landasan perkembangan tradisi tersebut. Artinya tradisi semit ini berlandaskan atau berdasarkan teks-teks yang ada.
Tradisi Hellenis (Greek/Yunani) merupakan tradisi dari Yunani yang bersifat bebasdan tidak terikat terhadap teks-teks. Tradisi ini sangat diapresiasi oleh penguasa pada saat itu sehingga kejayaan pemikran semakin berkembang pesat.
Darisinilah kemidian ilmu tasawwuf mulai muncul. Tasawwuf berdasarkan teks wahyu dan al hadist. Yang mana tasawwuf merupakan perpaduan antara tradisi Semit dan tradisi Hellenis. Ilmu tasawwuf tidak bisa lepas dari ilmu filsafat.
Ada 3 point keberhasilan fisafat Islam
- Islam membuang mitos Yunani
- Mempulikasikan pemikiran Yunani dengan memilah mana mitos, legenda, cerita, dan sejarah
- Memadukan tradisi Semit dan Hellenis atau tradisi Yunani.
Perpaduan dua tradisi ini semakin menambah dan memperkaya khazanah keislaman hingga saat ini. Metodelogi mantik merupakan alat yang digunakan untuk mengembangkan fislafat dengan penyerapan besar-besaran filsafat masyarakat muslim sekitar abad ke-7 sampai abad ke-12. Metodelogi berfikir menggunakan metodelogi mantik untuk memahami teks untuk berfikir logis, rasional serta pola mantikiyah dapat mempengaruhi pola pikir oranglain.
Dapat digambarkan secara singkat sebagaimana berikut;
Syariah merupakan prodak wahyu melalui pendekatan secara fikhiyah dengan pemahaman berfikir melalui metodelogi mantiq. Aristoteles merupakan peletak batu pertama mantiq. Pola pikir mantiq merupakan polapikir yang tidak berpijak terhadap fakta. Artinya polapikir seperti ini tidak pernah melakukan klarifikasi secara empirik terhadap fakta.
Sangat disayangkan apabila ternyata metodelogi empiric seperti ini tidak dikembangkan oleh masyarakat muslim pada saat itu sehingga kemudian diadopsi oleh bangsa Yunani, eropa dan sekitarnya. Padahal ada beberapa ulama monumental yang pemikirannya sangat berpengaruh, seperti;
- Al Imam Al Ghazali menulis tentang ilmu mantik khusus terlepas dari agama dengan judul “mi’yaarul ‘ulum”.
- Ibnu Taymiyyah menulis tentang penolakan terhadap ilmu mantik dengan karyanya yang berjudul “Arradhu ‘Ala Al Mantiqiyyin”. Kemudian,
- Imam Syafi’i ulama pertama yang meletakkan batu pertama tentang metodelogi Istiqraa’i atau logika secara empiric untuk membangun lagi pemahaman umat islam terhadap pentingnya menggunakan logika yang berdasarkan logika empirik.
- Ibnu Khaldun adalah yang mengembangkan pemikiran-pemikiran empiric dengan kitabnya yang berjudul Al Mukaddimah.
- Ada beberapa kesinambungan antara pemikiran Martin Rutan sebagai ilmuan barat dengan Ibnu Taymiyyah Yaitu;
Martin berargumentasi “Sola Scriptura & Sakra Scriptora”. Sola Scriptura merupakan konsep yang mengajak kepada umat Protestan pada saat iru untuk kembali terhadap wahyu Tuhan. Sedangkan Sakra Scriptura berate Al Kitab merupakan murni wahyu Tuhan. Begitu juga dengan Ibnu Taymiyyah dengan argumentasi yang mengatakan bahwa umat muslim tidak boleh lepas dari 2 asas yaitu alqur’an dan assunnah yang merupakan wahyu atau teks asli yang bersal dari Allah SWT dengan perantara assunnah oleh pada nabi dan rasulnya.
Metodelogi empirik ketika diaplikasikan terhadap fakta yang ada, maka akan menemukan sebuah penemuan-penemuan yang menjadi sebuah revolusi terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri kemudian berkembang menjadi tekhnologi dan menajadi lebih besar lagi menjadi sebuah industri. Hal ini dugunakan oleh masyarakat barat pada sekitar abad ke 16 sebagai alat untuk menjajah wilayah-wilayah tertentu. Bangsa barat pada saat itu sangat Sceptis (tawaddu’) terhadap fakta yang ada sehingga pesat dalam perkembangannya dengan metodelogi empiric tersebut.
- Logika Kualitatif bersifat intersubjektif, sedangkan
- Logika Kuantitatif bersifat objektifitas.
- Ilmu ada sepanjang fakta itu ada, sedangkan
- Filsafat ada sepanjang ada yang dijadikan bahan untuk berfikir.
- Agous Komre, bukan bapak sosiolaogi melaikan Ibnu Kahldun lah yang sebenarnya sebagai bapak sosiologi, akantetapi fakta tersebut lenyap begitu saja sebab Ibnu Khaldun tidak mempunyai kader yang melanjtkan pemikiran-pemikiran beliau.
- Refrensi: - BUKU HARUN NASUTION //RUH\\- THOMAS AQUINUS //FILSAFAT\\
Comments
Post a Comment